DAMPAK PANDEMI COVID 19 TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI BAWANG PUTIH (Allium sativum) DI KECAMATAN SEMBALUN

Kholis, M. (2022) DAMPAK PANDEMI COVID 19 TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI BAWANG PUTIH (Allium sativum) DI KECAMATAN SEMBALUN. Other thesis, Universitas Gunung Rinjani.

[img] Text
Abstrak.pdf

Download (291kB)
[img] Text
M. KHOLIS.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Pandemi Covid 19 bukan hanya berdampak pada kesehatan saja namun semua sektor sangat terdampak dengan mewabahnya pandemi Covid 19 termasuk sektor pertanian. BPS NTB meliris bahwa pada bulan Februari 2021 hampir semua petani mengalami penurunan nilai tukar petani termasuk petani hortikultura. Nilai tukar hortikultura minus 2,42 % artinya petani hortikultura mengalami penurunan paling parah dibandingkan dengan petani tanaman pangan yang hanya turun 0.05 %. Namun demikian petani hortikultura khususnya petani bawang putih harus tetap berproduksi mengingat bawang putih merupakan salah satu komoditas strategis yang sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan masih tergantung pada impor. BPS mencatat bahwa produksi bawang putih pada tahaun 2020 sebanyak 19.150 ton sedangkan kebutuhan konsumsi mencapai 400.000 ton/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 4.8 % saja yang bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pandemi Covid 19 terhadap pendapatan usahatani bawang putih dan untuk mengetahui kendalakendala yang dihadapi petani dalam berusahatani bawang putih di Kecamatan Sembalun mengingat Kecamatan Sembalun merupakan sentra produksi bawang putih di NTB maupun Nasional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menentukan 30 responden yang melakukan usahatani bawang putih sebelum pandemi maupun pada saat pandemi Covid 19. Dari pengumpulan dan pegolahan data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan petani sebelum dan sesudah Covid 19 perbedaannya sangat signifikan yaitu sebesar Rp. 19,307,380,- per LLG, Rp. 58,389,254,- perhektar sebelum Covid 19 sedangkan selama covid 19 sebesar Rp. 2,295,717,- per LLG, Rp. 6,942,694,-perhektar. Begitu juga halnya dengan hasil uji “t tes” pada taraf nyata lima persen (0,05). Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung = 3,27 > t tabel = 2,042). Ini artinya bahwa pendapatan usahatani bawang putih sebelum pandemi Covid 19 berbeda nyata dengan usahatani bawang putih selama pandemi Covid-19. Sedangkan kendala yang paling dirasakan petani bawang putih sebelum Covid 19 adalah tidak menentunya (fluktuasi) harga dan pada saat panen sedangkan pada saat pandemi Covid 19 kendala terbesar yang dihadapi petani adalah pemasaran hasil panen kedua hal ini diakibatkan karena tidak tertatanya rantai pasar yang baik.

Item Type: Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords: Dampak Pandemi Covid 19, Pendapatan, Usahatani, Bawang Putih
Divisions: Fakultas Pertanian > S1 Agribisnis
Depositing User: Editor Perpustakaan UGR
Date Deposited: 29 Dec 2022 02:40
Last Modified: 29 Dec 2022 02:40
URI: http://repository.ugr.ac.id:1015/id/eprint/2005

Actions (login required)

View Item View Item